Rabu, 20 Mei 2015

Satu nasehat

Ada satu nasehat dari guru Bahasa Indonesia waktu aku duduk di bangku SMA. Beliau masuk dalam daftar guru yang tidak aku suka. gara-garanya cuma satu. Entah ada angin apa atau dapat bisikan dari siapa, si bapak Guruku itu memanggilku didepan (hmm karna aku ngobrol mulu sama teman sebangku)

Guru    : "hei....kamu, iya...kamu majui ke depan"
Aku     : "iya pak...." dengan tenangnya, padahal dalam hati ya serba was-was.
Guru   : " sekarang coba tunjukkan mana utara, selatan, barat dan timur."
Yang aku tau betul waktu itu tema yang dibahas ga ada yang nyinggung arah mata angin. 

Helooo....klo arah mata angin harusnya masuk di kurikulum IPS kala itu. Bukan hal yang susah memang. Tapi masalahnya adalah....aku tak tau arah mata angin, dan si guru ini berhasil menjebak aku dalam pertanyaan di luar konteks pelajaran. Aku masih heran, kok si bapak ini bisa tau ya kalau aku ga tau arah mata angin. haaah.... dan akupun memandang sahabatku yang duduk dideretan belakang. Yang satu tunjuk kanan, yang satu kiri. intinya mereka memberi atah yang berbeda-beda. Pupus sudah harapanku untuk tampil bersahaja di depan teman dan guruku satu itu.
itu adalah semacam kenangan buruk bersama 4 penjuru mata angin dan guruku.
Dan sampai detik dimana aku menuliskan kalimat ini aku sadar, ternyata ga ada nasehat dari beliau yang aku ingat, yang aku ingat cuma kisahku tadi yang cukup (tidak) dramatis.

dan ternyata nasehat yang aku ingat berasal dari salah sati dosen yang wajah, nama apalagi alamat aku tak ingat. Entah waktu itu menyelesaikan ujian atau tugas semacam membuat tulisan. Banyak para mahasiswa yang memegang bolpoint dengan kertas folio yang masih kosong, dengan sendu menatap ke luar jendela berharap inspirasi datang dan menjadi ilham dalam menuliskan jawaban,
Dosenku berkata " kalau ingin menulis, ambil bolpoint lihat kertas dan mulailah menulis, tak ada apa-apa diluar jendela, diatap juga ga ada apa-apa. mulailah menulis "

jadi setiap kali aku memaksakan untuk mencari inspirasi tentang apa yang aku tulis, aku selalu ingat nasehatnya, seperti yang aku lakukan malam ini, menatap atap-atap dari balkon mencari inspirasi, dapat satu kata kemudian tekan delete. dan aku ingat nasehatnya, "mulailah"

maka aku mulai menatap layar komputer dan mulai menari-nari jemariku yang tak lentik ini :)

Sabtu, 09 Mei 2015

usia senja

Saat kedua orang tua kita memasuki usia senja, hanya perhatian yg mereka inginkan. Harta dan sgala hal materi bukan lagi pemuas batin mereka. Sudah berpuluh-puluh tahun mereka habiskan untuk mencari uang demi mengantarkan kesuksesan anak-anaknya. Karena sesungguhnya anak-anak merekalah harta paling berharga. Lantas, saat usia mereka senja perhatian dari anak-anaknyaanak-anaknyalah yg diperlukan. Sekecel apapun perhatian yg diberikan, mereka akan merasakan keberadaan mereka diperhatikan. Mereka tidak merasakan kehilangan anak-anaknya. Love your parents