Selasa, 10 Februari 2015

Balkon dan atap-atap rumah

Diatas balkon bersama atap-atap rumah.
Penatnya hari ini, mungkin seperti ratusan baju yang dipaksa-paksa untuk masuk ke koper yang mungil.
Sesak pasti, sperti tak ada ruang, atau memang itulah nyatanya.
Habis sudah ruangnya.

Berjalanku melangkah, melempar tas dan menghela napas.
Berjalan beberapa langkah di balkon lantai 3.
Segarnya udara yang menyapa meski bercampur lembabnya hujan.
Ah….mungkin seperti baju yang tak dipaksa paksa masuk ke koper.
Mata menelusuri atap2 yang tampak dari atas.
Merasa begitu megahku…kecilnya mereka
Tinggiku….rendah mereka.
Tapi bukan itu.

Satu hal yang aku sadari,
di bawah atap-atap yang tampak kecil dan tersebar sampai sejauh mata memandang
ada manusia2 yang menghuni dibawah atap-atap itu
manusia dengan segala masalahnya, dengan segala deritanya, tangisnya
dukanya maupun bahagianya.

Sesaat dalam kesendirian aku merasakan kebersamaan yang erat.
Semu tapi nyata dirasa.
Aku bersama para manusia-manusia yang menghuni dibawah atap-atap rumah itu.
Aku dan masalahku bersama para manusia lain dan masalah-masalah mereka.
Bukan hanya aku saja yang merasa penat pada hari itu.
Pastilah dibawah atap-atap itu ada helaan napas panjang tanda kepenatan.
Bukan aku saja yang perlu helaan napas yang super panjang, mereka juga.
Lantas…buat apa lagi aku mengeluh?
Kita punya masalah sendiri-sendiri, mari kita hadapi, bersama.
Kita bisa menghela napas bersama, sepanjang yang kita mau, mari menghela, bersama.
Meski kita tak pernah bersama sesungguhnya.
Mari kita hadapi, dan sadari kebersamaan yang semu ini.
Buat apa lagi mengeluh ? aku bersama kalian. Kalian bersama aku.


Balkon lt. 3, 100215, 07.45 pm

By: Anast.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar