Ada 3 hal yang saya pelajari dari anak-anak:
1. Mereka "mudah marah", karena hal dipandang sepele sama orang dewasa
2. Mereka "mudah memaaflkan"
3. Mereka "memaafkan dengan melupakan"
bagi orang dewasa, kadang memaafkan tidak berarti melupakan. Jiwa tulus mengasihi saat anak-anak mungkin sudah hilang seiring semakin dewasanya seseorang. Mungkin.....
Selasa, 22 September 2015
Benda paling tajam
Benda apakah yang paling tajam ?
Pisaukah? Pedangkah?
Bagiku, lidah adalah benda tertajam.
Luka mana yang paling sudah diobati ?
Luka yang kelihatakah?
atau luka yang tersembunyi?
Lidah bisa membuat luka, luka yang tersembunyi
bisa sembuh tapi tetap membekas.
Pisaukah? Pedangkah?
Bagiku, lidah adalah benda tertajam.
Luka mana yang paling sudah diobati ?
Luka yang kelihatakah?
atau luka yang tersembunyi?
Lidah bisa membuat luka, luka yang tersembunyi
bisa sembuh tapi tetap membekas.
Doa
Doa yang mengikat
mengikat ego yang begitu eratnya tanpa kita sadari.
Berdoa agar orang-orang yang kita kasihi selalu selamat jauh dari segala bahaya.
Bukankah itu hak Tuhan ?
mendatangkan apapun bagi siapapun, bukankah itu hak Sang Pencipta.
Keterikatkan kita dengan orang terkasih menjadikan kehilangan menjadi sebuah ketakutan
sehingga selalu kita mintakan perlindangan dariNya karena mungkin secara tidak sadar kita takut ditinggalkan orang-orang terkasih.
Entahlah.... Tapi memang begitulah adanya.
Doa bersama ikatan-ikatannya.
Tetap kupinta perlindunNya bagi orang-orang terkasihku.
Hanya karena Cinta dan belas kasihNya kebersamaanku bersama orang-orang terkasihku bisa ada.
Senja
Pagi yang tak begitu cerah menyapa, warna abu-abu mendominasi di langit. Senja, nama gadis itu.
Ia berjalan pelan dengan pandangan yang jauh menerawang, pikirannya ada di Malaysia sana memikirkan ibunya yang menjadi TKI dan tubuhnya menapaki jalan menuju sekolahnya di Wates, kota kecil yang meski tampak di peta tapi tak banyak tampak di pikiran orang. Berjalanlah Senja ke ruang piket guru. Ya....jam sudah menunjukkan pukul 07.25, dia sudah tau betul kalau terlambat dan sapaan pagi dengan tidak begitu hangat meluncur untuknya.
" Senja lagi, lagi-lagi Senja. Mau jadi apa nak besok ? Emakmu sudah jauh2 merantau jangan disia-siakan uangnya. Tiap hari kok telat.
Kata-kata yang tak lagi dimaknai oleh Senja karna terlalu sering didengarnya. Terlalu basi untuk dicerna lagi. Tanpa disuruh, ia berjalan gontai mengambil kain lap untuk membersihkan jendela. Itulah rutinitasnya tiap pagi sebelum masuk kelas. Membersihkan jendela kantor sebagai bentuk hukuman atas keterlambatan, kadang tak jarang dia juga menyapu koridor. Untuk variasi hukuman kata seorang gurunya. Ah....betapa kreatifnya sampai-sampai hukuman juga bervariasi. Dan inilah track record seorang Senja :
1. Tiap hari terlambat
2. Alpa juga menjadi salah satu kebiasaannya.
3. Tidak menonjol apapun dalam kegiatan olahraga.
4. Suka berkata kasar, dan gonta-ganti pacar.
5. Merokok, malas dan suka tidur dikelas.
6. Saat olahraga lagi bisa dipastikan dia akan nebeng orang atau angkutan umum untuk menuju titik
finisnya.
Setidaknya itulah track record dimata para gurunya. Namanya tak pernah absen disebut diruang guru, meski kadang Senja sedang absen sekalipun. Yang teman-temanya tahu, Senja suka menolong, berkata kasar hanya sebagai reaksi ketidaksukaannya pada sesuatu.
Senja....siapa yang tidak mengenalmu.
wajahmu cantik, menyiratkan ketangguhan meski kadang tampak pucat kelelahan.
Entah apa yang sedang kau tahan.
Sehari dua hari, seragam putih abu-abumu itu tak muncul bersamamu ditengah-tengah kami.
Satu Minggu....dan penghakiman pun muncul
" ah....suka bolos"
"duh...jangan-jangan minggat sama pacarnya"
Dan tibalah berita itu, tentangmu Senja.
Senja....siapa yang tidak mengenalmu.
wajahmu cantik, menyiratkan ketangguhan meski kadang tampak pucat kelelahan.
Entah apa yang sedang kau tahan.
Sehari dua hari, seragam putih abu-abumu itu tak muncul bersamamu ditengah-tengah kami.
Satu Minggu....dan penghakiman pun muncul
" ah....suka bolos"
"duh...jangan-jangan minggat sama pacarnya"
Dan tibalah berita itu, tentangmu Senja.
Senja...nama yang seolah-olah mengandung makna sementara, yang sesaat kemudian akan ditelan gelap. Dan gelap benar-benar menelanmu. Cahaya Senja berpulang pada pencipta cahaya dan gelap.
Siapa yang menyangka dirimu berjalan pelan karena jantung yang kau miliki ternyata bocor
wajahmu pucat, mencoba sampai ke tempat tujuan dengan tenaga yang kau miliki dan sakit yang kau tahan.
Siapa yang mau tau, dirimu memilih kembali ke sekolah dengan naik angkot saat olahraga lari karena tenagamu memang hanya tersisa untuk itu.
Siapa yang mau menanyakan beban hidupmu, kerinduanmu dengan Ibumu yang bertahun-tahun merantau dan tak menjumpaimu.
Siapa peduli, dirimu memilih tak masuk karena tenagamu habis sudah dihari sebelumnya.
Ah....bukankah orang memang suda menghakimi
orang lebih suka bersudut pandang negatif, menebak-nebak, menyimpulkan dan sampailah pada penghakiman yang sepihak.
Saat semuanya tahu, terlambat sudah untuk menjadi peduli. Sudah tidak ada Senja yang hidup. Senja sudah bersama Sang pencipta dimana cinta utuh pasti mengobatimu dari penghakiman orang-orang yang kau tinggalkan.
Siapa yang menyangka dirimu berjalan pelan karena jantung yang kau miliki ternyata bocor
wajahmu pucat, mencoba sampai ke tempat tujuan dengan tenaga yang kau miliki dan sakit yang kau tahan.
Siapa yang mau tau, dirimu memilih kembali ke sekolah dengan naik angkot saat olahraga lari karena tenagamu memang hanya tersisa untuk itu.
Siapa yang mau menanyakan beban hidupmu, kerinduanmu dengan Ibumu yang bertahun-tahun merantau dan tak menjumpaimu.
Siapa peduli, dirimu memilih tak masuk karena tenagamu habis sudah dihari sebelumnya.
Ah....bukankah orang memang suda menghakimi
orang lebih suka bersudut pandang negatif, menebak-nebak, menyimpulkan dan sampailah pada penghakiman yang sepihak.
Saat semuanya tahu, terlambat sudah untuk menjadi peduli. Sudah tidak ada Senja yang hidup. Senja sudah bersama Sang pencipta dimana cinta utuh pasti mengobatimu dari penghakiman orang-orang yang kau tinggalkan.
day1
kesombongan
saya meyakini, (dan semoga salah) tiap orang memiliki kesombongannya masing-masing.
yang membedakan adalah tingkat kesombongannya dan bagaimana menyiratkannya.
ada yang dengan secara sadar memperlihatkan kesombongannya, yang menjadikannya sebuah kebanggaan.
ada yang dengan setengah sadar didalam kata-katanya mengandung kesombongan, sebuah abu-abu, antara sadar dan tidak sadar.
ada yang tidak secara sadar menyombongkan diri, mungkin hanya orang-orang yang super sensitif yang akan menangkap kesombongan yang samar ini.
Entah mana yang lebih bahaya, apakah sombong yang secara sadar, sombong setengah sadar atau sombong tidak sadar.
Sadar atau tidak sadar mungkin kita pernah melakukan dosa 3 kesombongan tersebut, entah dosa entah bukan. Rasa-rasanya seperti menghakimi saja. karena idealnya apa yang kita lakukan hendaknya tidak bertujuan untuk dikagumi, tapi....siapa yang tak merasakan nikmat pujian ?
Entahlah....
saya meyakini, (dan semoga salah) tiap orang memiliki kesombongannya masing-masing.
yang membedakan adalah tingkat kesombongannya dan bagaimana menyiratkannya.
ada yang dengan secara sadar memperlihatkan kesombongannya, yang menjadikannya sebuah kebanggaan.
ada yang dengan setengah sadar didalam kata-katanya mengandung kesombongan, sebuah abu-abu, antara sadar dan tidak sadar.
ada yang tidak secara sadar menyombongkan diri, mungkin hanya orang-orang yang super sensitif yang akan menangkap kesombongan yang samar ini.
Entah mana yang lebih bahaya, apakah sombong yang secara sadar, sombong setengah sadar atau sombong tidak sadar.
Sadar atau tidak sadar mungkin kita pernah melakukan dosa 3 kesombongan tersebut, entah dosa entah bukan. Rasa-rasanya seperti menghakimi saja. karena idealnya apa yang kita lakukan hendaknya tidak bertujuan untuk dikagumi, tapi....siapa yang tak merasakan nikmat pujian ?
Entahlah....
7 days challenge
7 days
menantang diri sendiri
memaksa diri, bukan untuk terpaksa
tapi untuk bisa karna dipaksa
mengabaikan "nanti"
menantang diri sendiri
memaksa diri, bukan untuk terpaksa
tapi untuk bisa karna dipaksa
mengabaikan "nanti"
Jumat, 03 Juli 2015
Dia
01 Juli 2015
Dia tiidak pernah ada tapi ada
Dia ada dan akhirnya menjadi tdak ada
tiada
Dia mempunyai nama.
namanya Dia.
Hanya aku yang tahu ini tentang siapa
tentang dia
ada dan menjadi tak ada
Dia tiidak pernah ada tapi ada
Dia ada dan akhirnya menjadi tdak ada
tiada
Dia mempunyai nama.
namanya Dia.
Hanya aku yang tahu ini tentang siapa
tentang dia
ada dan menjadi tak ada
Rabu, 20 Mei 2015
Satu nasehat
Ada satu nasehat dari guru Bahasa Indonesia waktu aku duduk
di bangku SMA. Beliau masuk dalam daftar guru yang tidak aku suka. gara-garanya
cuma satu. Entah ada angin apa atau dapat bisikan dari siapa, si bapak Guruku
itu memanggilku didepan (hmm karna aku ngobrol mulu sama teman sebangku)
Guru :
"hei....kamu, iya...kamu majui ke depan"
Aku : "iya
pak...." dengan tenangnya, padahal dalam hati ya serba was-was.
Guru : "
sekarang coba tunjukkan mana utara, selatan, barat dan timur."
Yang aku tau betul waktu itu tema yang dibahas ga ada yang
nyinggung arah mata angin.
Helooo....klo arah mata angin harusnya masuk di
kurikulum IPS kala itu. Bukan hal yang susah memang. Tapi masalahnya
adalah....aku tak tau arah mata angin, dan si guru ini berhasil menjebak aku
dalam pertanyaan di luar konteks pelajaran. Aku masih heran, kok si bapak ini
bisa tau ya kalau aku ga tau arah mata angin. haaah.... dan akupun memandang
sahabatku yang duduk dideretan belakang. Yang satu tunjuk kanan, yang satu
kiri. intinya mereka memberi atah yang berbeda-beda. Pupus sudah harapanku
untuk tampil bersahaja di depan teman dan guruku satu itu.
itu adalah semacam kenangan buruk bersama 4 penjuru mata
angin dan guruku.
Dan sampai detik dimana aku menuliskan kalimat ini aku
sadar, ternyata ga ada nasehat dari beliau yang aku ingat, yang aku ingat cuma
kisahku tadi yang cukup (tidak) dramatis.
dan ternyata nasehat yang aku ingat berasal dari salah sati
dosen yang wajah, nama apalagi alamat aku tak ingat. Entah waktu itu
menyelesaikan ujian atau tugas semacam membuat tulisan. Banyak para mahasiswa
yang memegang bolpoint dengan kertas folio yang masih kosong, dengan sendu
menatap ke luar jendela berharap inspirasi datang dan menjadi ilham dalam
menuliskan jawaban,
Dosenku berkata " kalau ingin menulis, ambil bolpoint
lihat kertas dan mulailah menulis, tak ada apa-apa diluar jendela, diatap juga
ga ada apa-apa. mulailah menulis "
jadi setiap kali aku memaksakan untuk mencari inspirasi
tentang apa yang aku tulis, aku selalu ingat nasehatnya, seperti yang aku
lakukan malam ini, menatap atap-atap dari balkon mencari inspirasi, dapat satu
kata kemudian tekan delete. dan aku ingat nasehatnya, "mulailah"
maka aku mulai menatap layar komputer dan mulai menari-nari
jemariku yang tak lentik ini :)
Sabtu, 09 Mei 2015
usia senja
Saat kedua orang tua kita memasuki usia senja, hanya perhatian yg mereka inginkan. Harta dan sgala hal materi bukan lagi pemuas batin mereka. Sudah berpuluh-puluh tahun mereka habiskan untuk mencari uang demi mengantarkan kesuksesan anak-anaknya. Karena sesungguhnya anak-anak merekalah harta paling berharga. Lantas, saat usia mereka senja perhatian dari anak-anaknyaanak-anaknyalah yg diperlukan. Sekecel apapun perhatian yg diberikan, mereka akan merasakan keberadaan mereka diperhatikan. Mereka tidak merasakan kehilangan anak-anaknya. Love your parents
Sabtu, 07 Maret 2015
Botol bekas #craft for kids
bahan yang diperlukan :
1. Botol air mineral 1500 ml
2. Kertas Asturo (badan)
3. Kertas kokoru/kertas lipat motif untuk sayap
cara:
1. Potong botol bagian atas (1/3 nya)
2. Lilitkan kertas Asturo gradasi di badan botol (botol yang berlubang dibagian bawah.
3. Lipat ujung kertas sehingga membentuk seperti telinga
4. Potong kertas untuk sayap, mata dan hidung. Tempelkan.
5. Masukkan tangan di bagian bawah dan silahkan bermaiiiin :)
Encouraging Quiet in the Montessori Environment
Encouraging
Quiet in the Montessori Environment
This article is about how we
promote quiet in the Montessori Environment.
There are some methods that
are respectful and considerate of the child:
·
Use
sign language
Using
the sign for “quiet” is discreet and respectful. It works well for individual
children and it is also effective in large group settings.
·
Place
a gentle hand on the child’s shoulder. No words are needed.
The
calm reassuring touch quickly redirects focus and attention.
·
Use
specific language. Example: “Noah can’t hear my lesson when you are humming.
·
Turn
down competing sounds. Take notice of the classroom. Perhaps, the music (CD) is
too upbeat to play during the morning work cycle.
·
Go
outside, and let the children use their outside voices. Nature is a wonderful
way to balance behavior.
The most powerful tool a
Montessori teacher has to quiet and calm behavior is to consistently model appropriate behavior and volume. If we are loud,
expect the children to be load. If speak in soft, calm tones, the children will
too.
The silence game as a way of
alerting children to listen to the world around them. For example, rain is a
welcoming sound. Instead of telling the children it is raining, ring a chime
and everyone stops what they are doing to listen.
The silence game can be a
part of daily ritual or one that you play often. It will only serve to heighten
the awareness of the children in your Montessori classroom by allowing them to
reflect upon the world around them.
Montessori
Silent Game
The silence game part 1
Dr. Montessori created
silence game while working with children who were partially deaf. After
observation, she noticed that their hearing improved when they were given
opportunity to listen carefully for sounds. A similar activity is now implemented
in Montessori schools all around the world and it is called “silent game”.
To implement the silent
game, start by talking with the children about what it means to be silent.
Invite them to close their eyes and listen to the sounds in the classroom for
ten seconds and when time is up, raise their hand to share what they heard.
Before playing the game, it is important that each child understand what it
means to be silent and they have the opportunity to listen for the sound around
them. Choose a time of day when the group is relatively calm and then proceed
with the steps below:
·
Once
everyone is sitting at circle time, make sound on our calming chime and the
children know it is time to tuck their sounds away and listen.
·
Explain
that we are going to play game called “the silent game”.
·
Explain
that they need to keep their bodies still calm and to not make a sound, also
let them know that they can play the game with their eyes open or with their
eyes
·
·
closed.
·
For
the teacher, stand at the back of the classroom and quietly call the name of
each child. Start with a few of the older children who are normalized and
understand how to play game.
·
Make
sure call each child’s name and once everyone is with teacher at the back of
the room, thank each of them for playing the silence game and then send them
one by one to choose some work from the shelves.
If there was a lot of
fidgeting and noises throughout the silence game, next time make a point to
reinforce the importance of being completely still and quiet and talk about how
much harder it is to hear each name being called when children are moving and
makes noises.
Variations on the Montessori
silence game for developing skills
Variations on the Montessori
silence game:
·
Darken
the room and light candle while the silence game is taking place
·
Ring a
bell to signal the starting of the silence game and ring a bell to signal the
end of the silence game
·
You
can have the children a task to focus on during the silence game.
For
example, you can challenge them to hear noises that they may not normally be
aware of. Once the silence game had ended, encourage them to share with the
group what they heard.
·
If you
have older children, you can simple have a sign that has the word “SILENCE”
written on it and when you walk around the room holding up the sign, they will
know that it’s time to tuck their sounds away and work silently until they hear
a signal that ends silent work time such us bell or chime.
·
Create
opportunity for children to enjoy silence on their own. Place a basket on a
shelf in which there would be a mat to sit on as well as one-minute sand timer.
The child simply takes the basket to a spot on the floor and removes the
contents. The child should sit on the silence mat with their legs crossed and
flip over the one minute timer. The child needs to sit very still and quiet for
the duration of the time while focusing on the sounds around them.
The silence game takes
practice. Young children and those who are not yet normalized have relatively
short attention spans and find it ever so difficult to remain still and quiet
for more than 20-30 seconds. With practice, attention spans lengthen and
children learn to relax, absorb, and appreciate the world around them.
Doaku untuk para imam katolik
Saat seseorang memutuskan untuk menjadi seorang Imam (pastor) itu adalah hal luar biasa bagiku.
Betapa mereka peka terhadap pamggilanNya untuk berkarya, mengabdi dan mencintai umat tanpa dibalas cinta yang tulus (kadang)
Dan....para Imam itu tetaplah manusia biasa.
Mereka pilihan Tuhan, tapi bukan berarti manusia sempurna.
Lantas...saat mereka para Imam melakukan kesalahan, apa hak kita untuk menghujat mereka ?
Tak pernah kita berpikir perjuangan mereka, salib yang mereka panggul dan hal-hal yang rela mereka tinggalkan untuk berkarya.
Mereka jugalah pribadi unik yang memiliki karakter yang berbeda tiap individu.
Lantas....apa hak kita menuntut mereka untuk seperti Imam2 lain yang mungkin menjadi Imam favorit terdahulu ?
Apa hak kita untuk menyamaratakan mereka dengan melupakan bahwa para Imam juga berkarya dengan keunikan masing-masing?
Karena kita umat katolik lantas itu menjadikan kita punya hak ?
Wahai para saudara-saudaraku seiman....
alih-alih menghujat, bawalah ketidakpuasanmu itu ke dalam untain doa.
Doakanlah para Imam kita untuk berkarya dengan lebih baik.
Pernah kau bayangkan hati seorang ibu yang mendengar bahwa anaknya yang rela menjadi Imam dihujat dibelakangnya??
Dan untuk para Imam, pastor yang sedang berkarya...
sebagian dari kalian telah menginspirasiku.
Semoga untain Doa ini menjadi setetes air yang menyejukkan dalam panas dan teriknya duniawi.
Tuhan......
Betapa mereka peka terhadap pamggilanNya untuk berkarya, mengabdi dan mencintai umat tanpa dibalas cinta yang tulus (kadang)
Dan....para Imam itu tetaplah manusia biasa.
Mereka pilihan Tuhan, tapi bukan berarti manusia sempurna.
Lantas...saat mereka para Imam melakukan kesalahan, apa hak kita untuk menghujat mereka ?
Tak pernah kita berpikir perjuangan mereka, salib yang mereka panggul dan hal-hal yang rela mereka tinggalkan untuk berkarya.
Mereka jugalah pribadi unik yang memiliki karakter yang berbeda tiap individu.
Lantas....apa hak kita menuntut mereka untuk seperti Imam2 lain yang mungkin menjadi Imam favorit terdahulu ?
Apa hak kita untuk menyamaratakan mereka dengan melupakan bahwa para Imam juga berkarya dengan keunikan masing-masing?
Karena kita umat katolik lantas itu menjadikan kita punya hak ?
Wahai para saudara-saudaraku seiman....
alih-alih menghujat, bawalah ketidakpuasanmu itu ke dalam untain doa.
Doakanlah para Imam kita untuk berkarya dengan lebih baik.
Pernah kau bayangkan hati seorang ibu yang mendengar bahwa anaknya yang rela menjadi Imam dihujat dibelakangnya??
Dan untuk para Imam, pastor yang sedang berkarya...
sebagian dari kalian telah menginspirasiku.
Semoga untain Doa ini menjadi setetes air yang menyejukkan dalam panas dan teriknya duniawi.
Tuhan......
Semoga para Imam selalu Engkau kuatkan dalam memenuhi panggilanMu.
Sejukkanlah hati mereka semua saat terasa kering dan hampa.
Jadikanlah selalu kata-kata yang keluar dari mulut mereka menjadi untaian harapan untuk para umat
Jadikanlah jamahan tangannya selalu penuh kehangatan dan cinta untuk sesama.
Jagalah mereka dengan cinta kasihMu yang tak terbatas
Karuniakanlah kedamaian selalu di hati mereka. Amin.
Kamis, 19 Februari 2015
goes wrong....wrong and wrong
Maaf utk tidak bisa pura2 ceria
Maaf utk mendewa-dewakan kesal dihati
Maaf utk tidak menyambut dgn penuh kehangatan meski lelahmu bgitu nampak
Maafmu smkin membuat aq bersalah
Kadang....aq bisa dibuat benci oleh diriku sendiri.
Tapi sungguh....aq hanya ingin baik utk semua
Tidak semua yg nampak mudah bagimu jg mudah bagiku
Mungkin logikaku tak pernah ada utk berpikir
Dan mungkin perasaanmu tak ada utk berpikir.
Aq dibesarkan dgn banyak cacian dan hujatan, aq hanya ingin baik buat semua. Aq terlalu takut utk disalahkan
Maaf....
Maaf utk mendewa-dewakan kesal dihati
Maaf utk tidak menyambut dgn penuh kehangatan meski lelahmu bgitu nampak
Maafmu smkin membuat aq bersalah
Kadang....aq bisa dibuat benci oleh diriku sendiri.
Tapi sungguh....aq hanya ingin baik utk semua
Tidak semua yg nampak mudah bagimu jg mudah bagiku
Mungkin logikaku tak pernah ada utk berpikir
Dan mungkin perasaanmu tak ada utk berpikir.
Aq dibesarkan dgn banyak cacian dan hujatan, aq hanya ingin baik buat semua. Aq terlalu takut utk disalahkan
Maaf....
Selasa, 10 Februari 2015
Anast.: Yohanes Nangsiyo
Anast.: Yohanes Nangsiyo: Ayahku. Beliau adalah ayah juara nomor satu (meminjam istilah dari Andrea Hirata) Beliau seperti gudang. Gudang cerita dan pengetahuan...
Balkon dan atap-atap rumah
Diatas
balkon bersama atap-atap rumah.
Penatnya hari ini, mungkin seperti
ratusan baju yang dipaksa-paksa untuk masuk ke koper yang mungil.
Sesak pasti, sperti tak ada ruang,
atau memang itulah nyatanya.
Habis sudah ruangnya.
Berjalanku melangkah, melempar tas
dan menghela napas.
Berjalan beberapa langkah di balkon
lantai 3.
Segarnya udara yang menyapa meski
bercampur lembabnya hujan.
Ah….mungkin seperti baju yang tak
dipaksa paksa masuk ke koper.
Mata menelusuri atap2 yang tampak
dari atas.
Merasa begitu megahku…kecilnya mereka
Tinggiku….rendah mereka.
Tapi bukan itu.
Satu hal yang aku sadari,
di bawah atap-atap yang tampak kecil
dan tersebar sampai sejauh mata memandang
ada manusia2 yang menghuni dibawah
atap-atap itu
manusia dengan segala masalahnya,
dengan segala deritanya, tangisnya
dukanya maupun bahagianya.
Sesaat dalam kesendirian aku
merasakan kebersamaan yang erat.
Semu tapi nyata dirasa.
Aku bersama para manusia-manusia yang
menghuni dibawah atap-atap rumah itu.
Aku dan masalahku bersama para
manusia lain dan masalah-masalah mereka.
Bukan hanya aku saja yang merasa
penat pada hari itu.
Pastilah dibawah atap-atap itu ada
helaan napas panjang tanda kepenatan.
Bukan aku saja yang perlu helaan
napas yang super panjang, mereka juga.
Lantas…buat apa lagi aku mengeluh?
Kita punya masalah sendiri-sendiri,
mari kita hadapi, bersama.
Kita bisa menghela napas bersama,
sepanjang yang kita mau, mari menghela, bersama.
Meski kita tak pernah bersama
sesungguhnya.
Mari kita hadapi, dan sadari
kebersamaan yang semu ini.
Buat apa lagi mengeluh ? aku bersama
kalian. Kalian bersama aku.
Balkon lt. 3, 100215, 07.45 pm
By: Anast.
Minggu, 08 Februari 2015
Yohanes Nangsiyo
Beliau adalah ayah juara nomor satu (meminjam
istilah dari Andrea Hirata)
Beliau
seperti gudang. Gudang cerita dan pengetahuan
Cerita
tentang jaman sebelum merdeka
Tentang
cacar yang dideritanya waktu itu dan pakaian goni berkutu yang menempel ditubuh
kurusnya.
Jidat yang
begitu luas menyiratkan pengetahuannya yang luas.
Senyum yang
lembut menyuarakan kesabarannya.
Seseorang
pernah bilang padaku, betapa mesranya kami.
Ya..karna
waktu itu kusentil si upil dari hidungnya.
Kadang
kemesraan dan kekurang ajaran itu tidak berbatas ^.^
Dulu aku
pernah berpikir andai saja usianya lebih muda 10 tahun
Pastilah
orang tidak salah mengira aku cucunya.
Ah…jahatnya
aku ini.
Saat itu aku
masih berseragam putih abu-abu
Saat duniaku
runtuh untuk yang pertama kali
Beliau
terserang stroke yang mengakibatkan kemampuan berbicaranya hilang
Tak bisa
lagi bercengkerama, berdebat dan saling ejek
Memanggil
namaku saja tak mampu.
Bukan ayahku
kalau tanpa semangat.
Diusia yang
senja, ayahku belajar membaca lagi, belajar berbicara.
Tiap pulang
sekolah dengan putih abu-abu yang masih menempel
Ku ajari
beliau membaca. Semangatnya sperti anak yang sudah sangat ingin bisa membaca.
Waktu
berlalu, aku harus tinggal di Jogja untuk menempuh ilmu
Tak bisa
lagi ku menemani untuk belajar.
Bukan ayahku
kalau tanpa semangat.
Beliau
mencoba membaca doa “Rama Kawula dan Sembah Bekti” tiap malam
Dengan
terbata-bata dan pada akhirnya menjadi rangkaian doa yang indah.
Beliau
mencoba untuk membaca doa Rosario, doa yang begitu panjang
Kadang aku malu
pada dirku sendiri, enggan untuk berdoa demikian panjangnya
Tapi ayahku,
dengan keterbatasan fisiknya mampu malantunkan doa dengan sempurna.
Saat aku
dirumah, suara doanya menembus dinding tembok
Disebutkankanlah
nama kami, anak-anaknya satu persatu
Nama kami
selalu ada dalam doanya.
Saat ayahku
menjalani operasi hernia
Tak ada satu
keluhan keluar dari mulutnya.
Di usia yang
semakin senja tentu sangat mengkwatirkan.
Bukan ayahku
kalau tanpa semangat.
Para dokter
dan susterpun heran dengan daya juang dan semangatnya.
Ya…usianya
begitu senja, seakan malam sudah siap menjemput
Dan menelan
dalam gelapnya.
Kini aku
bersyukur bisa menemani ayahku melewati fase kehidupannya.
Beliau
memiliki fase yang lengkap.
Mulai dari
bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, tua, dan kembali menjadi anak-anak.
Kini ayahku
menjadi seperti kanak-kanak lagi
Yang
dibutuhkan adalah teman untuk bercanda untuk manghapu sepi.
Satu
harapannya adalah melihatku menikah.
Semoga Bapa
di Surga berkenan mengijinkan aku untuk sungkem di pangkuan ayahku
Ayah juara
nomor satu.
By : Anast.
Selasa, 03 Februari 2015
End of year vacation 2013
Dan….akhirnya berbulat tekat,
naik bis menuju pulau dewata.
Tanpa rencana yang matang hanya
bermodalkan keinginan dan niat, sampailah aku di pulau dewata dimana dulu aku
pernah berjanji untuk menginjakkan kaki disini lagi.
Day 1, (271213)
Turunlah aku dari bus safari darma raya (kalo ga salah sey itu
namanya) dan disambut dengan sesosok makhluk Tuhan yg ajaib, berbadan bulat
berkulit hitam dengan senyum sumringah berrserta deretan giginya (yang selalu
dibanggakan karna kerapiannya *dibandingkan punyaku), dan makhluk itu bernama
“Ninus”. He’s my boyfriend. Dialah alasan terkuat mengapa ak bisa sampai di
Bali. Dan dimulailah dengan petualangan kami. Senja segera menjemput kami dan
akhirnya tujuan pertama tidak lain tidak
bukan adalah landamarknya Bali tentu saja.
Pantai kuta
Pantai kuta adalah pantai yang menjadi salah satu destinasi tempat
wisata terfavorit. Terletak di selatan Denpasar, di Kabupaten Badung. Pantai
matahari terbenam adalah salah satu julukannya. Dan pas di kuta terdapat pohon
natal yang dibuat dari kaleng bir anker yang tercatat di museum MURI, ye..ye…
Dan salah satu hal yang tidak mengenakkan saat liburan akhiran tahun
adalah suasana yang super duper ramai, wisatawan lokal buanyaaaak sekali.
Tujuan kami para wisawatan pastilah sama yaitu “refreshing”. Menghilang sejenak
dari rutinitas pekerjaan dan hal2 yang dilakukan sehari-hari. Setelah puas
berfoto ria tibalah saatnya untuknya menikmati Mr. Sun tenggelam seolah ditelah
hamparan laut.
Jauh-jauh ke Bali, berkendara berjam-jam dan menyeberang lautan untuk
menikmati sop ceker, baca sekali lagi “ceker”. Ga karna di Bali terus cekernya
jadi 6 jari, sama ajja, tetep lima. Berhubung gemar ceker jadinya ya cari ceker
deh.
Day 2, (281213)
Pagi Bali….pagi Denpasar ^.^
Dengan stlye orang selayaknya yang sedang liburan dan berbackpacker
ria (*dan tanpa pertimbangan yang matang), dengan semboyan “JADI HITAM (dari yg
agak hitam), SIAPA TAKUT?” meski dalam hati agak ragu juga..hehehe. Dengan hot
pant, kaos kutung, tas ransel yang setia menempel dipunggung. Tujuan yang
diidam-idamkan adalah Tanah Lot. Biarpun udah pernah kesana 2x tapi bagiku
secara pribadi tempat itu indahnya dan mistisnya tak dapat digambarkan dengan
kata-kata (karna menggambar pastilah dgn pensil cs). Berbekal sate diperut,
kamipun melaju dengan motor yang dipaksa kerja rodi, berbekal HP ber-GPS, dan
plang penunjuk jalan. Brem..brem..brem, tibalah kami di pom bensin dan bertemu
dengan seorang ibu yang baik hatinya
Ibu : (dengan logat
balinya) “liburan dek ?”
Me : “ iya bu” dengan
sumringah.
Dan datanglah si item bullet (baca: ninus) dengan (tidak) gagahnya.
Ibu : “mau kemana?”
Me : “Tanah lot”
Ibu : “ kalian sudah
kawin belum?”
Aku dan si Ninuz berpandang-pandangan, dengan tanda Tanya di jidat
kami. Maksudnya apa niiih kok sampai kawin2 segala.
Ninus : (tanpa berdosa dan
tanpa dipikir) “ iya..sudah bu”
Ibu “ooo… ya sudah kalau sudah kawin gpp.
Soalnya kalau masih pacaran apa tunangan nanti kalau ke Tanah Lot bisa putus. Beneran lho itu
dek..udah banyak kasusnya.
Dan berbekal pernyataan dari si Ibu yang kebenarannya belum
terverifikasi, kamipun pindah haluan alias pindah tujuan. Dalih kami adalah
“daripada kita kepikiran”. Ya sudah…dari yang tadinya kami mo ke pesisir kami
pindah ke naik-naik ke puncak bukit. Dengan motor yang meraung-raung dipaksa
bekerja diluar kapasitasnya, sampailah kami di Bedugul dengan paha yang bebas
disengat Mr. Sun anytime, anywhere. Salah satu tempat yang mencerminkan Bali
banget dengan pure-purenya plus upacara
adat.
Tahun 2002 dan 2006 pernah kesini tpi ternyata di spot yang lain. Meski paha rasanya kaya dioles balsem tapi
udaranya cukup cesss, sejuk dan dingin.
Hari makin panas, makin lapar kamipun turun bukit dan mampirlah di café
tahu. Serba tahu…menyeberang lautan untuk makan tahu. Setelah para tahu
memenuhi perut perjalanan dilanjutkan. Brem…brem…bremm, berhubung t4 yang kami
tinggali ga jauh dari kuta, kamipun kembali ke kuta, menyapa Mr Sun melihatnya
berlalu dari pandangan. Malam pun datang, kami nikmati dengan berjalan-jalan
dikawasan Legian, dua hal yang dicari orang-orang dikawasan itu. 1) hiburan 2)
uang. Berhenti sejenak di monumen ground zero Bali. Monument yang didedikasikan
untuk 202 korban Bom Bali 1 yang terjadi pada 12 Oktober 2012. Nama-nama para korban
tertulis di monument tersebut. Istirahatlah dengan tenang…. Legian ibarat
jantung kehidupan malam di Bali, alunan musiknya, dentingan gelasnya, gelak
tawanya, tarian-tariannya dan silau cahayanya. Sepertinya tidak ada kata
kesepian disana, atau mungkin tangisnya tersamarkan oleh hingar bingarnya.
Dan…malam kamipun ditutup oleh babi guling yang berguling-guling
diperut.
Day 3, (291213)
Pagiii Bali….akan kemana kita hari ini ??
Berbekal pengalaman dihari ke 2 akan si Paha yg terbakar Mr Sun dengan
ganasnya, maka style orang liburan tetap dipertahankan dengan tambahan kain
Bali yang melilit untuk menutup bagian kaki, khususnya paha yang sudah memerah
seperti udang rebus. Dan destinasi hari ini adalah “all about beach” rencana
sey gitu. Berbekal Gps dan tekad untuk menemukan Padang-Padang beach.
Brem..brem..brem.. perjalanan dimulai. Entah kearah mana waktu itu kami melaju.
Dan di GPS menujukkan kalau kami akan melewati GWK alias Garuda Wisnu Kencana. Yang
menjadi ikon disana adalah patung Garuda Wisnu Kencana, karya pematung terkenal
Bali, I nyoman Nuarta. Patung tersebut berwujud Dewa Wisnu yang dalam agama
Hindu adalah Dewa Pemelihara, mengendarai burung Garuda. Rencananya kalau
patung ini selesai akan menjadi patung terbesar di dunia mengalahkan patung Liberty,
tapi saya kurang tahu pasti apakah pekerjaannya masih dilanjutkan atau tidak,
karna saat SMA sampai terakhir ke sana rasanya masih sama pemandangannya. Hal
yang menakjubkan dari Bali adalah budayanya. Gabungan dari keindahan alam dan
budayanya menjadikannya sungguh sungguh special. Seindah apapun alam disana
tanpa adanya pure-pure yang menjulang pastilah tak akan menjadi luar biasa. GWK
merupakan Taman Budaya dimana (mungkin) setiap hari diadakan pertunjukkan. Dan
disanalah aku. Dengan girang duduk di bangku2 batu deretan depan menanti si
Barong keluar. Puas bersama si Barong dan kawan-kawan saatnya lanjuuut
perjalanan. Semakin ke pinggir, mencari pesisir. Dan muncullah destinasi pantai
dreamland di GPS, tanpa ragu-ragu kami ikuti saja petunjuk jalan. Go
straight…turn left…turn right. Dan
terlihatkan seolah sudah dekat, hamparan hijau yang begitu tenang dan
silau. Bukan sawah yang membentang, dan tidak lain tidak bukan adl pantai
dreamland yg dari kejauhan berwarna hijau. Merasa sudah dekat, berbeloklah
kami. Go straight….straiiiiight terus dan ga sampai2. Masih jauh ternyata,
kalau balik sia-sia perjalanan yg sudah dilewati akhrinya si “straight”
berujung juga. Sampailah kami dihamparan si laut hijau, yang kalau dari dekat
ya jadi biru semu-semu *&^^%$#@. Berfoto ria dengan style yg oke dihati
sepet dimata, topi lebar yg menutupi muka, paha gosong dan sandal jepit
kebanggaan. Setelah makin hitam legam saatnya menyudahi. Dan tertahanlah kita
pada penjual jagung bakar yg selidik punya selidik dari Jawa. Jagung bakar
juara 1 terenak yang pernah aku makan. Ditemani jagung bakar diperut, mulailah
lagi perjalanan ke pesisir. Pantai Padang-padang. Pantai ini makin dikenal saat
menjadi lokasi syuting Eat, Pray & Love yg dibintangi Julia Roberts. Pantai
yang memberikan sensasi tersendiri. Hamparan pasir putih dan warna air lautnya
yang biru kehijauan. Untuk mencapai pantai, terlebih dahulu harus masuk goa
dengan jalan menurun yang sempit. Keluar dari goa disambut oleh monyet-monyet
yang sepertinya sudah terbiasa dengan para wisatawan. Eksotisnya….rrrrr banget.
Sayang di lokasi ini tak ada moment yang diabadikan karna faktor lelah sangat
dan ingin totalitas memanjakan mata dengan keindahannya. Disana kamipun
menemukan musisi, musisi pantai…begitu aku menyebutnya. Dengan alat yang
menyerupai wajan ia melantunkan nada-nada yang tak biasa. Ajaib. Sebenarnya
tidak jauh dari situ ada pertunjukan tari kecak dengan tiket Rp 75.000,- pada
waktu itu. Tapi karna sudah terlalu sore jadi ga bisa nonton deeeh L. Senja datang lagi dan
selamat datang wahai malam. Saatnya berburu ole-oleh. Pilihan kami jatuh pada
Khrisna. Tempat yang nyaman dan apapun ada. Belanja ..belanja, yeey.
Day 4, (301213)
Dan…ini adalah hari terakhir di Bali, kurang puas cz kurang lama.
Masih banyak yang ingin dinikmati. Tapi apa daya kantong sudah menipis. Pagi
sampai siang kembali berburu oleh-oleh, entah di toko apa waktu itu. Saatnya
berpacking, berransel ria menuju terminal bus menanti si safari datang.
Menikati Bali dari balik kacanya ditemani suara ngorok si makhluk ajaib (baca:
ninus).
Sampai ketemu lagi Bali….
Dan saat sebuah lagu melantun “di kuta Bali…kau peluk erat tubuhku”
Aku punya kenangan tentangnya, tentang Kuta dan tentang kita. Aku dan
Kamu.
![]() |
| Kuta beach |
| Dreamland Beach |
Kamis, 29 Januari 2015
Anast
akhirnya...setelah sekian lama ga nge-blog dan sekian lama lupa password tiba juga hari ini, Jumat 00.17 ditemani film "slank" mencoba mencari cari apa yang hendak ditulis
menggali apa yg mungkin sudah jauuh jauuuh jauuuh terpendam.
dan ternyata kata akhirnya bukan menjadi kata yang tepat, mari diubah...menjadi awalnya.
awalnya, ini awalnya...sesuai yang direncakana. bulan Januari mulai ngeblog (lagi)
apa kabar kata-kata ? lama kita tak berjumpa ya, ta...
miss u so bad
anast.
Langganan:
Komentar (Atom)


